Laporan Mata Kuliah Tumbuhan Air

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
DEFINISI: kumpulan dari berbagai golongan tumbuhan sebagian kecil terdiri dari lumut dan paku-pakuan dan spermatophyta (tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada di air).Tumbuhan Air adalah tumbuhan di air yang hidup mengapung, melayang atau di dasar perairan dengan siklus hidupnya hanya berada di air.
PERAN : cukup penting dan alami yang terdapat di lingkungan perairan 
Microphyta : Produsen Primer dalam Food Chain
Macrophyta: Tempat berlindung ikan, tempat kelompok ikan mencari makan, tempat menempelkan telur ikan (Phytopil), produsen DO dari fotosintesis, akarnya berperan dalam menyetabilkan pinggir perairan dan erosi sedimen dan kehidupan liar lainnya. 
Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan. Makhluk hidup di muka bumi ini tak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relati bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Dengan ini, air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untukmendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

Dari hari ke hari bila diperhatikan, makin banyak berita-berita mengenaipencemaran air. Pencemaran air ini terjadi dimana-mana. Di Teluk Jakarta terjadi pencemaran yang sangat merugikan bagi petambak. Tidak saja udang dan bandeng yang mati, tapi kerang hijaupun turut mati pula, beberapa jenis spesies ikan telah hilang. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk Jakarta tersebut telah sangat parah. Indikasinya populasi kerang hijau berkembang lebih cepat dan semakin banyak, padahal hewan ini merupakan indicator pecemar. Kadar logam antara lain seng, tembaga dan timbal telah mencapai ambang batas normal. Kondisi ini sangat berbahaya, karena logam berat dapat diserap oleh manusia atau hewan yang memakannya dan akan terjadi Beberapa sungai besar di Kalimantan menjadi fenomena yang mengerikan, sungai-sungaitersebut mengalami pendangkalan akibat minimnya air pada saat kemarau serta ditambah erosi dan sedimentasi. Pendangkalan di S. Mahakam misalnya meningkat 300% selama kurun waktu 10 tahun terakhir (Air Kita Diracuni, 2004).

Pencemaran air di waduk Benaga telah mengakibatkan terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta keengganannya untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin parah.



1.2Tujuan

Tujuan Praktikum ini untuk mengetahui kerapatan tumbuhan air di atas permukaan perairan Waduk Benanga dan mengupas mengenai pencemaran air. Secara khusus, akan dibahas sumber, dampak dan penganggulangan pencemaran air yang tidak lepas dari pengaruh terjadinya blumming tumbuhan air di permukaan perairan waduk benanga.

1.3. Manfaat

Untuk sebagai  informasi tentang pencemaran air, sumber, dampak dan penanggulangannya, terutama bagi kita semua yangsangat membutuhkan air yang aman, bersih dan sehat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Eceng Gondok
Eceng Gondok yang bahasa latinnya bernama Eichornia Crassipes, merupakan gulma air yang sering bikin gondok para petani, karena tumbuh di sawah berebut unsur hara dengan tanaman budidaya (padi).  Juga sering bikin kesel petugas ulu-ulu karena menjadi biang mampet saluran air dan pendangkalan. Akibat-akibat negatif yang ditimbulkan antara lain :
1.Tumbuhan Eceng Gondok yang sudah mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat terjadinya proses pendangkalan;
2.Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air;
Asal Usul Eceng Gondok
Tanaman asal Brasil yang didatangkan Kebun Raya Bogor pada tahun 1894, dahulu merupakan tanaman hias yang digandrungi karena bunganya yang berwarna ungu sangat menarik sebagai penghias kolam seperti Teratai. Kini kehadiran Eceng Gondok malah bikin gondok seperti yang terjadi di Bendungan Waduk benanga dan daerah aliran sungai (DAS) lainnya di wilayah samarinda. Gulma (tumbuhan pengganggu) ini sangat pesat berkembang-biak secara vegetatif hanya butuh waktu 2-4 hari.
Eceng Gondok yang pada mulanya hanya dikenal sebagai tanaman gulma air, karena pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi permukaan air, dan menimbulkan dampak pada menurunnya produksi di sektor perikanan juga menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya, seperti cepatnya penguapan perairan. Namun, dilain sisi Eceng Gondok juga memberikan nilai tambah yang cukup prospektif. 
Manfaat Eceng Gondok
Menurut penelitian, Eceng Gondok kaya asam humat yang menghasilkan Senyawa Fitohara yang mampu mempercepat pertumbuhan akar tanaman.  Selain itu Eceng Gondok juga mengandung Asam Sianida, Triterpenoid, Alkaloid, dan kaya Kalsium.
Seperti yang KarIn pernah ulas, upaya yang dilakukan Bapak Sayadih (67) dalam memanfaatkan Eceng Gondok menjadi pupuk organik patut mendapat dukungan dari Pemkab Karawang dan perlu disosialisasikan kepada masyarakat penghuni DAS, karena selain untuk menambah penghasilan mereka juga untuk mengurangi populasi Eceng Gondok di perairan.
KarIn sebagai media digital yang kerap memberitakan inspirasi warga seputar Karawang harus berperan aktif lagi agar menjadi Sinterklasnya masyarakat pedesaan dengan menggandeng pihak swasta yang punya minat terhadap pemberdayaan masyarakat desa.
Bagaimana mengangkat potensi Eceng Gondok dengan berbagai pemanfaatannya. Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Kab. Bantul Yogyakarta yang menyulap Eceng Gondok sebagai salah satu bahan baku untuk kerajinan tangan dengan dibuat sandal, tas, pig

2.2 KIAMBANG (Genus Salvinia )
Kiambang (dari ki, pohon, tumbuhan, dan ambang) merupakan nama umum bagi paku air (familia Salviniaceae) dari genus Salvinia. Tumbuhan ini biasa ditemukan mengapung di air menggenang, seperti kolam, sawah dan danau, atau di sungai yang mengalir tenang. 
Kiambang memiliki dua tipe daun yang sangat berbeda. Daun yang tumbuh di permukaan air berbentuk cuping agak melingkar, berklorofil sehingga berwarna hijau, dan permukaannya ditutupi rambut berwarna putih agak transparan. Rambut-rambut ini mencegah daun menjadi basah dan juga membantu kiambang mengapung. Daun tipe kedua tumbuh di dalam air berbentuk sangat mirip akar, tidak berklorofil dan berfungsi menangkap hara dari air seperti akar. Orang awam menganggap ini adalah akar kiambang. Kiambang sendiri akarnya (dalam pengertian anatomi) tereduksi. Kiambang tidak menghasilkan bunga karena masuk golongan paku-pakuan. 
Sebagaimana paku air (misalnya semanggi air dan azolla) lainnya, kiambang juga bersifat heterospor, memiliki dua tipe spora: makrospora yang akan tumbuh menjadi protalus betina dan mikrospora yang akan tumbuh menjadi protalus jantan. 
Paku air ini tidak memiliki nilai ekonomi tinggi, kecuali sebagai sumber humus (karena tumbuhnya pesat dan orang mengumpulkannya untuk dijadikan pupuk), kadang-kadang dipakai sebagai bagian dari dekorasi dalam ruang, atau sebagai tanaman hias di kolam atau akuarium. ura dll, yang mempunyai nilai ekonomi cukup prospektif.
2.3 Teratai rawa (Nymphaea lotus)
Teratai dibudidayakan di perairan dan kolam, kadang ditemukan tumbuh liar di rawa-rawa. Tanaman air ini tumbuh tegak. Dengan rimpang yang tebal dan bersisik, serta tumbuh menjalar. Daun dan bunga keluar langsung dari rimpangnya yang terikat pada lumpur di dasar kolam atau rawa. Daunnya biasa dipakai sebagai bahan pembungkus, rimpang muda dan biji bisa dimakan. 
2.4 Hydrilla
Tanaman Hydrilla telah berhasil digunakan sebagai makanan untuk babi, dan meskipun eceng gondok bukan makanan yang lebih disukai untuk babi mereka akan memakannya jika dicampur dengan Hydrilla. Eceng gondok yang diketahui telah berhasil digunakan sebagai pakan ternak untuk sapi di Queensland bila dicampur dengan molase dari pabrik pengolahan gula, dan urea. Sekali lagi, biaya transportasi tampaknya akan membatasi kemungkinan ini menggunakan daun sebagai pakan ternak di babak daerah langsung tepi danau.

BAB III
METPDOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Praktikum ini, Pada  tanggal 28 Desember 2010, Pukul 14.00-15.30 wite, yang bertepatan di Waduk Benanga Samarinda
3.2 Alat dan Bahan
- Meteran
- Alat transeck 
- Kapal
- Kamera
- Alat tulis menulis
3.3 Cara Kerja
Langkah  pertama dilakukan pada saat praktikum yaitu menentukan tempat atau lokasi yang ingin dilakukan transeck, Membentangkan meteran sepanjang 10 m dan menurunkan alat transeck tersebut di atas permukaan tumbuhan air kemudian mengamati atau mengidentifikasi  kerapatan tumbuhan air yang ada pada kotak transeck tersebut,terus langkah selanjutnya di catat dan di Dokumentasi.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan
Kerapatan tumbuhan aair yang ada di waduk Benangga sangat padat dengan kata lain bias disebut  blumming tumbuhan air .karena tumbuhan air diantaranya Hydrilla, Kiambang, Teratai dan Eceng gondok,serti kita ketahui ECeng gondok dapat menyebar di area yang luas dan menutupi permukaan air, dapat mengurangi cahaya yang masuk ke dalam badan air, yang mengakibatkan berkuarangnya kandungan Oksigen tarlarut di dalam air. Gangguan lainnya berupa pendangkalan akibat eceng gondok yang mati dan mengendap di dasar badan air. Meningkatkan persaingan dengan tumbuhan lain.Selain itu juga mengurangi keindahan. 

BAB V
PENUTUP

5.I Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan kami  dapat menarik kesimpulan bahwa kerapatan tumbuhan air di perairan Waduk benanga sangat padat karena seperti kita liat hampir semua badan air di tumbuhin tumbuhan air atau dengan kata lain sudah terjadi blumming tumbuhan air. Adapun tumbuhan air mendominasi perairan terasebut yaitu Eceng Gondok dan Hydrilla. Eceng Gondok yang pada mulanya hanya dikenal sebagai tanaman gulma air, karena pertumbuhannya yang begitu cepat sehingga menutupi permukaan air, dan menimbulkan dampak pada menurunnya produksi di sektor perikanan juga menimbulkan permasalahan lingkungan lainnya, seperti cepatnya penguapan perairan. Namun, dilain sisi Eceng Gondok juga memberikan nilai tambah yang cukup prospektif. 
Pencemaran air dapat berdampak pada kesehatan, keselamatan dan akhirnya berakibat pada pembangunan ekonomi. Bencana krisis air dapat merupakan ancaman bagi keberlangsungan generasi yang akan datang. Ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas, kondisi sumber air makin menurun dan berkembangnya berbagai sumber penyakit. Tingginya pencemaran air disebabkan limbah industri yang tidak diolah dahulu serta limbah rumah tangga pada pemukiman yang dibuang ke badan sungai. Terbatasnya upaya pengendalian pencemaran air diperparah dengan rendahnya kesadaran masyarakat terhadap lingkungan serta kurangnya penegakan hukum bagi pelanggar pencemaran lingkungan. Diperlukan pendekatan yang komprehensif dan holistic bagi penanggulangan pencemaran air, agar dapat dipertahankan kualitas lingkungan yang baik. Pemerintah juga hendaknya mengeluarkan kebijakan yang pada dasarnya merangsang pengguna air untuk melakukan efisiensi dengan menganggap bahwa air merupakan sumberdaya yang terbatas.

5.2 Saran

Dari pencemaran air serta indikator pencemaran tersebut. Diharapkan dengan adanya penjelasan mengenai dampak pencemaran air beserta penanggulangannya, maka akan timbul kesadaran dari kita semua. Yang pada akhirnya pencemaran dapat dikurangi dan akan didapat sumber air yang aman.

DAFTAR PUSTAKA

1. Achmadi, Umar Fachmi, Prof. Dr.MPH, Ph.D, Peranan Air Dalam Peningkatan
    Kesehatan Masyarakat,
     http://www.bpkpenabur.or.id/kps-jkt/berita/200104/lap-perananair.pdf., dikunjungi
     5/3/2004.
2.Air Kita Diracuni, 
http://www.walhi.or.id/Indonesia/kampanye/Air/airdiracuni.htm,
     dikunjungi 21/3/2004.
3. Bali Post, 14 Agustus 2003, Penggunaan Pestisida Pengaruhi Air,
      http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2003/8/14/nt1hl.htm,dikunjungi 5/3/2004.
4. Effendi, Hefni, 2003, Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
      Lingkungan Perairan, Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Comments

Popular posts from this blog

Laporan PKL PROSES PRODUKSI PENGOLAHAN AMPLANG IKAN BELIDA (Notopterus chitala) DI TOKO TERMINAL AMPLANG HJ. ADAWIYAH SAMARINDA

PLANKTON NET

Laporan PKL Alat Tangkap Bagan Congkel