Laporan Mata Kuliah Komoditi Hasil Perikanan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Ekosistem air tawar digolongkan menjadi air tenang dan air mengalir. Termasuk ekosistem air tenang adalah danau dan rawa, termasuk ekosistem air mengalir adalah sungai. Ekosistem memiliki ciri-ciri antara lain variasi suhu tidak menyolok, penetrasi cahaya kurang, dan terpengaruh oleh iklim dan cuaca. Macam tumbuhan yang terbanyak adalah jenis ganggang, sedangkan lainnya tumbuhan biji. Hampir semua filum hewan terdapat dalam air tawar. Organisme yang hidup di air tawar pada umumnya telah beradaptasi. Hewan dan tumbuhan rendah yang hidup di habitat air, tekanan osmosisnya sama dengan tekanan osmosis lingkungan atau isotonis. 
Budi daya ikan di perairan umum merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi perikanan melalui perluasan lahan perikanan dengan memanfaatkan perairan umum. Apalagi di Indonesia memiliki perairan umum yang sangat luas dan sangat potensial untuk pengembangan budi daya perikanan. Sumber daya perairan umum yang dapat dimnafaatkan untuk pengembangan budi daya perikanan meliputi : perairan tawar, seperti sungai, waduk, saluran irigasi teknis, rawa danau. Ketersediaan sumber daya perairan umum yang luas dan didukung oleh kebijakan pemerintah dalam hal penggunannya bagi kepentingan rakyat merupakan modal dasar bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha perikanan dan meningkatkan pendapatan. Potensi sumber daya perairan umum yang sangat luas ini merupakan peluang yang besar untuk membuka usaha perikanan di perairan umum. Untuk dapat meningkatkan produktivitas sumber daya perairan umum menjadi lahan perikanan yang potensial, pemerintah telah mengupayakannya dengan berbagai langkah kebijakan yang tujuannya untuk meningkatkan produksi perikanan, khususnya perikanan air tawar, meningkatkan pendapatan masyarakat luas.
Perairan air tawar, salah satunya kolam menempati ruang yang lebih kecil bila dibandingkan dengan lautan maupun daratan, namun demikian ekosistem air tawar memiliki peranan yang sangat penting karena merupakan sumber air rumah tangga dan industri yang murah. Perairan air tawar merupakan tempat disposal/pembuangan yang mudah dan murah (Heddy dan Kurniati, 1994). Kolam  merupakan salah satu contoh perairan tawar buatan yang dibuat dengan cara menggali tanah menbentuk suatu wadah penampungan air yang sesuai yang dinginkan, tertentu dengan berbagai tujuan yaitu sebagai pencegah banjir, untuk kegiatan perikanan baik perikanan budidaya. Dengan demikian keberadaan kolam telah memberikan manfaat sendiri bagi masyarakat yang punya maupun masyarakat yang ada di sekitarnya.

Di dalam perairan terdapat jasad-jasad hidup, dan salah satunya adalah plankton yang merupakan organisme mikro yang melayang dalam air laut atau tawar. Pergerakannya secara pasif tergantung pada angin dan arus. Plankton terutama terdiri dari tumbuhan mikroskopis yang disebut fitoplankton dan hewan mikroskopis yang disebut zooplankton (Herawati, 1989).

Suatu perairan dikatakan subur apabila mengandung banyak unsur hara atau nutrien yang dapat mendukung kehidupan organisme dalam air terutama fitoplankton dan dapat mempercepat pertumbuhannya. Fitoplankton menduduki tropik level pertama dalam rantai makanan, sehingga keberadaannya akan mendukung organisme tropik level selanjutnya. Sebagai produsen primer,
fitoplankton dapat melakukan proses fotosintesis untuk mengubah bahan anorganik menjadi bahan organik dengan bantuan sinar matahari. Hasil fotosintesis dari produsen akan digunakan bagi dirinya sendiri dan oleh organism lain.


Fitoplankton merupakan organisme pertama yang terganggu karena adanya beban masukan yang diterima oleh perairan. Ini disebabkan karena fitoplankton adalah organisme pertama yang memanfaatkan langsung beban masukan tersebut. Oleh karena itu perubahan yang terjadi dalam perairan sebagai akibat dari adanya beban masukan yang ada akan menyebabkan perubahan pada
komposisi, kelimpahan dan distribusi dari komunitas fitoplankton. Maka dari itu keberadaan fitoplankton dapat dijadikan sebagai indikator kondisi kualitas perairan, selain itu fitoplankton dapat digunakan sebagai indikator perairan karena sifat hidupnya yang relatif menetap, jangka hidup yang relatif panjang dan mempunyai toleransi spesifik pada lingkungan.


1.2  Tujuan

Adapun tujuan dengan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Melatih mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan melihat kondisi tempat yang dijadikan sebagai pemancingan ikan air tawar.
2. Agar mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui usaha pemancingan seperti yang di pak EET d’pemancingan Lembah Tenang yang ada di Samarinda bagian Utara.
3. Agar mahasiswa dapat mengentahui kendala-kendala yang biasa di alami pada    pengusaha pemancingan.
4. Melatih mahasiswa untuk bersosialisasi kepada masyarakat.
5. Mengetahui bagaimana kondisi dan kualitas fisika serta kimia air kolam.
6. Mengetahui bagaimana aktivitas masyarakat sekitar  yang berhubungan dengan karasteristik perairan kolam.
7. Mengetahui bagaimana upaya pengelolaan lingkungan kolam  yang dilakukan oleh pemilik kolam pemancingan tersebut.
8. Memberikan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan perairan kolam.

1.3 Manfaat
Untuk sebagai bahan  informasi, tentang adanya kolam pemancingan ikan mas dan ikan lele di Lembah Tenang bertepatan samarinda bagian utara dan sebagai bahan pertimbangan bagi upaya pemeliharaan dan pemanfaatan perairan kolam secara berkelanjutan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Sejarah Perikanan 
Hanya 3% air muka bumi ini adalah air tawar. Sebagian besar (kira-kira 99%) dari padatnya dapat membeku dalam glasier dan es atau terbenam dalam akuifer. Sisanya terdapat dalam danau, kolam, sungai, dan aliran, dan disitu menyediakan 

2.2  JENIS
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan cirri dari ras disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh dan warnanya. 
Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai berikut:
1) Ikan mas punten: sisik berwarna hijau gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan antara 2,3:1.
2) Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3) Ikan mas si nyonya: sisik berwarna kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol, sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4) Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau kekuning-kuningan; badan relative panjang; penampang punggung membulat; mata agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,5:1.
5) Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
2.3 PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,tidak  berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan mas dapat tumbuh normal, jika lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4) Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik.
5) Ikan mas dapat berkembang pesat di kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m3.
6) Keasaman air (pH) yang baik adalah antara 7-8.
7) Suhu air yang baik berkisar antara 20-25 derajat C.
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a) Betina
- Badan bagian perut besar, buncit dan lembek.
- Gerakan lambat, pada malam hari biasanya loncat-loncat.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan berwarna kuning.
b) Jantan
- Badan tampak langsing.
- Gerakan lincah dan gesit.
- Jika perut distriping mengeluarkan cairan sperma berwarna putih.
2.4  SEJARAH SINGKAT 
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond (Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang). Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish. Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan. 
2.5  SENTRA PERIKANAN 
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele ± 970 kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan mencapai 1200 kg/Ha. 
3. JENIS 
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al (1986) 
adalah: 
o Kingdom : Animalia 
     o Sub-kingdom : Metazoa 
        o Phyllum : Chordata 
          o Sub-phyllum : Vertebrata 
            o Klas : Pisces 
              o Sub-klas : Teleostei 
o Ordo : Ostariophysi 
     o Sub-ordo : Siluroidea 
      o Familia : Clariidae 
o Genus : Clarias 

Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan: 
1. Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera Barat),ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan). 
2. Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih (Padang). 
3. Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais (Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat). 
4. Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera Barat), kaleh (Kalimantan Selatan). 
5. Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan  penang (Kalimantan Timur). 
6. Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat  fish, berasal dari Afrika. 

2.6  MANFAAT 
1. Sebagai bahan makanan 
2. Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan atau ikan hias. 
3. Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama  padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele. 
4. Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati
penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah,
kencing darah dan lain-lain.

2.7  PERSYARATAN LOKASI 
1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk
budidaya lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan,
kolamkebun, dan blumbang.
2. Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang tingginya maksimal 700 m dpl.
3. Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4. Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya. 
5. Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak  berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok. 
6. Ikan lele dapat hidup pada suhu 20°C, dengan suhu optimal antara 25-28°C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-
30°C dan untuk pemijahan 24-28 ° C
7. Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup, sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2. 
8. Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau
mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.\
9. Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir. 

10. Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan hidup, seperti enceng gondok. 
11. Mempunyai pH 6,5–9; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm
dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 30–60
cm; kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk
yang dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari
12,8 mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
2.8 KARAKTERISTIK LOKASI MANCING (ikan mas) 
Lokasi untuk memancing ikan mas dibedakan menjadi dua yaitu lokasi alam dan buatan. Lokasi alam meliputi daerah perairan seperti sungai, rawa, situ, telaga, danau dan waduk-waduk besar pengairan. Lokasi buatan meliputi empang, kolam pancing, balong, dan lainnya yang sengaja dibuat untuk memenuhi kebutuhan para pemancing ikan mas ini. Untuk memanjakan pemancing, kolam pancing diisikan terlebih dahulu ikan masnya atau sesuai perjanjian yang tentunya tak tertulis. Ada beberapa sistim yang diterapkan pada empang yaitu harian, kiloan, borongan, lomba dan galatama.
Untuk lokasi buatan, Sudah ada 3 tempat pemancingan yang ada di samarinda. Namun untuk lokasi alam, mungkin agak sulit mencarinya di sungai karang mumus samarinda ini karena alamnya yang mulai terkontaminasi limbah industri dan terusik tangan manusia. Bila ingin mencari lokasi alam yang menarik dan masih menjanjikan khususnya untuk ikan air tawar, mungkin harus mencarinya di samarinda yang masih belum tercemar berat perairannya.
Kolam Air Tenang (KAT)
Kolam ini dibuat di permukaan tanah, berlahan luas (lebih dari 100m2), dan umumnya berpematang tanah. Debit air dalam KAT kecil sehingga kondisi airnya tidak deras atau tenang.
Kolam Air Tenang terdiri dari tiga bagian  utama yaitu:
a)      Pematang, berfungsi sebagai penahan air sehingga harus kuat dan kokoh.
b)      Pintu Pemasukan, berfungsi sebagai lubang untuk mengalirkan air.
c)      Pintu Pembuangan, berfungsi untukmengeluarkan air saat pengeringan.

2.9 JENIS KOLAM YANG ADA DI PEMANCINGAN  LEMBAH TENANG
1. KOLAM HARIAN
Kolam harian adalah tempat khusus yang disediakan buat pemancingan. Pada kolam ini biasanya pemancing membayar harga lapak (sewa lapak berikut ikannya) baru kemudian memancing. Mancing harian dapat dilakukan setiap hari bahkan ada pemancingan yang bukanya 24 jam.
2. KOLAM KILOAN
Dinamakan kolam kiloan karena sistim yang dipakai saat mancing di kolam ini yakni dengan menimbang hasil tangkapan yang diperoleh, kemudian pemancing membayar harga berdasar perolehannya.

3. KOLAM LOMBA
Di sinilah para pemancing mencoba ketangguhannya dengan menerapkan pengetahuan dan pengalamannya terhadap pemancing yang lain tanpa mengurangi keakraban sesamanya. Pada lomba biasanya penyelenggara telah mengisikan sejumlah ikan terlebih dahulu dan menyediakan sejumlah hadiah-hadiah bagi pemenangnya. Kriteria pemenang ditentukan berdasarkan perolehan terberat perekor yang didapat peserta lomba mancing. Lomba biasanya diadakan mulai sore ssampai malam hari.

BAB III
METODOLOGI

3.1 Tempat dan waktu
Lokasi :Di Samarinda Bagian Utara, Pemancingan Lembah Tenang.
Tgl pengamatan : 17 Mei 2011
Jam : 10.12 wite
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Komoditi Perikanan adalah:

3.3 Cara Kerja
DAFTAR PUSTAKA

Badan Standardisasi Nasional. 1999. SN I01-6131-1999 (Produksi induk ikan masCyprinus carpio L. strain majalaya kelas induk pokok). Jakarta
Badan Standardisasi Nasional. 1999. SNI 01-6133-1999 (produksi benih ikan mas,Cyprinus carpio L. strain majalaya kelas benih sebar). Jakarta
Hardjamulia,A. 1995. system pengadaan stok induk ikan mas unggul. Makalah disampaikan pada pelatihan Pengelolaan Induk Ikan Mas di Balai Budidaya Air Tawar, tanggal 10-24 Desember 1995. 13 hal.
Hulata, G., 1995. A review of genetic improvement of the commom carp (Cyprinus carpio L.) and other cyprinids by crossbreeding, hybridization, and selection. Aquaculture 129:143-155
Sucipto, A. 2002. Budidaya ikan nila (Oreochromis sp.). Makalah disampaikan pada Workshop Teknologi dan Manajemen Akuakultur, Himpunan Mahasiswa Akuakultur IPB, di Bogor tanggal 20, 21 dan 28 April 2002. Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi.


Comments

Popular posts from this blog

Laporan PKL PROSES PRODUKSI PENGOLAHAN AMPLANG IKAN BELIDA (Notopterus chitala) DI TOKO TERMINAL AMPLANG HJ. ADAWIYAH SAMARINDA

PLANKTON NET

Laporan PKL Alat Tangkap Bagan Congkel