Laporan Mata Kuliah Daerah Penangkapan Ikan

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

Daerah penangkapan merupakan suatu daerah perairan dimana ikan yang menjadi sasaran penangkapan tertangkap dalam jumlah yang maksimal dan alat tangkap dapat dioperasikan serta ekonomis.  Suatu wilayah perairan laut dapat dikatakan sebagai “daerah penangkapan ikan” apabila terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap ikan. Hal ini dapat diterangkan bahwa walaupun pada suatu areal perairan terdapat sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan tetapi alat tangkap tidak dapat dioperasikan yang dikarenakan berbagai faktor, seperti antara lain keadaan cuaca, maka kawasan tersebut tidak dapat dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan demikian pula jika terjadi sebaliknya. Sebab-Sebab Utama Jenis ikan berkumpul disuatu daerah perairan. a. Ikan-Ikan tersebut memiliki perairan yang cocok untuk hidupnya. b. Mencari makanan. c. Mencari tempat yang sesuai untuk pemijahannya maupun untuk perkembangan larvanya. Karakteristik daerah penangkapan ikan melihat kondisi-kondisi yang perlu dijadikan acuan dalam menentukan daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut :a). Daerah tersebut harus memiliki kondisi dimana ikan dengan mudahnya datang bersama-sama dalam kelompoknya, dan tempat yang baik untuk dijadikan habitat ikan tersebut. Kepadatan dari distribusi ikan tersebut berubah menurut musim, khususnya pada ikan pelagis. Daerah yang sesuai untuk habitat ikan, oleh karena itu, secara alamiah diketahui sebagai daerah penangkapan ikan. Kondisi yang diperlukan sebagai daerah penangkapan ikan harus dimungkinkan dengan lingkungan yang sesuai untuk kehidupan dan habitat ikan, dan juga melimpahnya makanan untuk ikan. Tetapi ikan dapat dengan bebas memilih tempat tinggal dengan kehendak mereka sendiri menurut keadaan dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Oleh karena itu, jika mereka tinggal untuk waktu yang agak lebih panjang pada suatu tempat tertentu, tempat tersebut akan menjadi daerah penangkapan ikan. b). Daerah tersebut harus merupakan tempat dimana mudah menggunakan peralatan penangkapan ikan bagi nelayan. Umumnya perairan pantai yang bisa menjadi daerah penagkapan ikan memiliki kaitan dengan kelimpahan makanan untuk ikan. Tetapi terkadang pada perairan tersebut susah untuk dilakukan pengoperasian alat tangkap, khususnya peralatan jaring karena keberadaan kerumunan bebatuan dan karang koral walaupun itu sangat berpotensi menjadi pelabuhan. Terkadang tempat tersebut memiliki arus yang menghanyutkan dan perbedaan pasang surut yang besar. Pada tempat tersebut para nelayan sedemikian perlu memperhatikan untuk menghiraukan mengoperasikan alat tangkap. Terkadang mereka menggunakan trap nets, gill nets dan peralatan memancing ikan sebagai ganti peralatan Jarring seperti jaring trawl dan purse seine. 
Sebaliknya, daerah penangkapan lepas pantai tidak mempunyai kondisi seperti itu, tapi keadaan menyedihkan datang dari cuaca yang buruk dan ombak yang tinggi. Para nelayan juga harus mengatasi kondisi buruk ini dengan efektif menggunakan peralatan menangkap ikan. c). Daerah tersebut harus bertempat di lokasi yang bernilai ekonomis. Ini sangat alamiah di mana manajemen akan berdiri atau jatuh pada keseimbangan antara jumlah investasi dan pemasukan. Anggaran dasar yang mencakup pada investasi sebagian besar dibagi menjadi dua komponen, yakni modal tetap seperti peralatan penangkapan ikan dan kapal perikanan, dan modal tidak tetap seperti gaji pegawai, konsumsi bahan bakar dan biaya perbekalan. Para manajer perikanan harus membuat keuntungan pada setiap operasi. Jika daerah penagkapan tersebut terlalu jauh dari pelabuhan, itu akan memerlukan bahan bakar yang banyak. Jika usaha perikanan tersebut benar-benar memiliki harapan yang besar, usaha yang dijalankan mungkin boleh pergi ke tempat yang lebih jauh. Nelayan yang dalam kasus demikian dapat memperoleh keuntungan dengan manajemen usaha perikanan. Jika kita dapat membuat alat untuk meningkatkan efisiensi usaha perikanan seperti menggunakan mesin perikanan yang lebih efisien, kemudian kita dapat juga memperbesar kapasitas kita untuk menangkap ikan ke tempat yang lebih jauh. 
Daerah penangkapan ikan juga dikontrol oleh permintaan pasar untuk ikan. Permintaan untuk produk ikan akan dipengaruhi oleh kapasitas ketersediaan dari tempat tersebut, sebagai contoh, adalah baru saja dikembangkan sebagai daerah penangkapan ikan. Jadi, daerah penangkapan ikan selalu memiliki nilai yang relatif, berhubungan dengan keseimbangan ekonomi, daerah penangkapan ikan lainnya, efisiensi usaha perikanan dan permintaan ikan di dalam pasar. Begitulah, harus selalu berusaha menemukan daerah penangkapan ikan yang ekonomis dan efektif dari metode penangkapan ikan yang dimodernisasi. 

1.2.Tujuan

Adapun tujuan dengan dilakukannya praktikum ini yaitu:
1. Melatih mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan melihat kondisi tempat yang dijadikan sebagai daerah penangkapan atau fishing ground.
2. Agar mahasiswa dapat mengenal serta mengoperasikan/memasang jenis alat tangkap yang digunakan dalam praktikum.
3. Agar mahasiswa dapat mengenal jenis – jenis hasil tangkapan yang didapat serta biota – biota lain yang ada di daerah penangkapan tersebut.
4. Melatih kerjasama antar mahasiswa.

1.3.Manfaat
Untuk sebagai bahan  informasi, tentang ikan-ikan  hasil tangkapan dari alat tangkap gil net dan trammel net yang mempunya nilai ekonomi yang tinggi disekitar  perairan Beras Basah Bontang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BONTANG- Beras Basah adalah salah satu tempat wisata andalan Bontang, yang disadari atau tidak saat ini kondisinya kritis. Pasalnya dari waktu ke waktu, pulau berpasir putih nan elok dan cukup menawan dengan air jernih, ornamen laut yang beragam mengalami abrasi. Berupa pengikisan bebatuan oleh air laut maupun angin yang mengandung dan mengangkut hancuran bahan sehingga sedikit demi sedikit mengurangi luasan pulau beras basah. Pulau Beras Basah Berjarak sekitar 7 km dari Kota bontang, Kalimantan Timur. Dinamakan Pulau Beras Basah karena dulunya ada kapal besar yang membawa beras dari Sulawesi. Dalam perjalanannya, kapal ini diterjang ombak besar. Khawatir tenggelam, muatan pun diturunkan di pulau ini. Beras pun menjadi basah oleh siraman ombak, sehingga sejak itu disebut Pulau Beras Basah.
Pulau kecil dengan pantai pasir putih ini merupakan tempat rekreasi yang menarik sambil menikmati panorama laut selat makassar. Selain kejernihan air laut pantai Beras basah, keunikan lain dari Pulau ini adalah terdapat mercu suar laut yang digunakan untuk panduan navigasi kapal ferry. Dari pulau ini juga terlihat kawasan industri LNG milik PT. Badak yang berada di pinggir laut.
Di Indonesia sumberdaya ikan pelagis kecil diduga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling melimpah (Merta, dkk, 1998) dan paling banyak ditangkap untuk dijadikan konsumsi masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan bila dibandingan dengan tuna yang sebagia besar produk unggulan ekspor dan hanya sebagian kelompok yang dapat menikmatinya. Ikan pelagis umumnya hidup di daerah neritik dan membentuk schooling juga berfungsi sebagai konsumen antara dalam food chain (antara produsen dengan ikan-ikan besar) sehingga perlu upaya pelestarian.
Sumberdaya ikan pelagis dibagi berdasarkan ukuran, yaitu Ikan Pelagis Besar seperti kelompok Tuna (Thunidae) dan Cakalang (Katsuwonus pelamis), kelompok Marlin (Makaira sp), kelompok Tongkol (Euthynnus spp) dan Tenggiri (Scomberomorus spp), Selar (Selaroides leptolepis) dan Sunglir (Elagastis bipinnulatus), kelompok Kluped seperti Teri (Stolephorus indicus), Japuh (Dussumieria spp), Tembang (Sadinella fimbriata), Lemuru (Sardinella Longiceps) dan Siro (Amblygaster sirm), dan kelompok Skrombroid seperti Kembung (Rastrellinger spp) (aziz et al. 1988).
Potensi  sumberdaya laut perikanan laut Indonesia tahun 1983 adalah 6,6 juta ton/tahun dan melalui beberapa revisi maka pada tahun 1996 Direktoraj Jenderal Perikanan mengevaluasi dugaan potensi sumberdaya ikan laut Indonesia sebesar 6,35 juta ton/tahun. Pada tahun 1997 oleh aziz et al (1998) diadakan evaluasi potensi perikanan adalah 68 juta ton/tahun berdasarkan produksi, potensi dan tingkat pemanfaatan pada wilayah pengeolalaan perikanan (Selat Malaka, Laut Cina Selatan, laut Jawa, Selat Makassar dan Laut Flores, Laut Banda, Laut Seram sampai Teluk Tomini, Laut Sulawesi dan Samudera Pasifik, Laut Arafura dan Samudera Hindia).
Penyebaran ikan pelagis di Indonesia merata di seluruh perairan, namun ada beberapa yang dijadikan sentra daerah penyebaran seperti Lemuru (Sardinella Longiceps) banyak tertangkap di Selat Bali, Layang (Decapterus spp) di Selat Bali, Makassar, Ambon dan Laut Jawa, Kembung Lelaki (Rastrelinger kanagurta) di Selat Malaka dan Kalimantan, Kembung Perempuan (Rastrelinger neglectus) di Sumatera Barat, Tapanuli dan Kalimantan Barat. Menurut data wilayah pengelolaan FKKPS maka ikan layang banyak tertangkap di Laut Pasifik, teri di Samudera Hindia dan kembung di Selat Malaka.



Ikan pelagis dapat ditangkap dengan berbagai alat penangkap ikan seperti puese seine atau pukat cincin, jaring insang, payang, bagan dan sero.
Berdasarkan data potensi, penyebaran dan alat tangkap tersebut maka ikan pelagis kecil berpotensi di satu pihak sebagai komoditi konsumsi meyarakat umum dan pihak lain sebagai konsumen antara dalam food chain yang perlu dilestarikan. Sekarang, bagaimana penerapannya dengan adanya UU Otonomi Daerah tahun 1999 karena timbul berbagai konflik dalam mengintreprestasikan UU tersebut. Seperti ditangkapnya nelayan-nelayan di daerah lain yang menangkap ikan di wilayah lain dan bukan di daerahnya sendiri. Contohnya nelayan purse seine dari Pekalongan yang menangkap ikan di perairan Masalembo dan Matasiri, yang sebelumnya tidak terjadi konflik begitu, diundangkannya Otonomi daerah maka nelayan-nelayan dari pekalongan tersebut mengalami kesulitan dan terjadi konflik dengan nelayan setempat. Interpretsi UU yang tidak tepat sering kali menimbulkan konflik antara nelayan pendatang dengan nelayan setempat, sehingga perlu adanya sosialisasi tentang peraturan perunangan tersebut. Selain itu diperlukan suatu kebijakan dan strategi pengelolaan agar sumberdaya ikan pelagis tetap lastari dan tetap dapat ditangkap serta dapat dibuat suatu alokasi sumberdaya ikan pelagis antar daerah tersebut sehingga tidak menimbulkan konflik. Langkah awal untuk alokasi adalah mengetahui seberapa besar MSY dan TAC-nya setelah itu baru kebijakan pengelolaannya dijalankan.
Sumberdaya Ikan Demersal Ikan demersal adalah jenis ikan yang habitatnya berada di bagian dasar perairan, dapat dikatakan juga bahwa ikan demersal adalah ikan yang tertangkap dengan alat tangkap ikan dasar seperti trawl dasar (bottom trawl), jaring insang dasar (bottom gillnet), rawai dasar (bottom long line), bubu dan lain sebagainya. Menurut Aoyama (1973) ikan dasar memilki sifat ekologi yaitu sebagai berikut: 1. Mempunyai adaptasi dengan kedalaman perairan 2. Aktifitasnya relatif rendah dan mempunyai daerah kisaran ruaya yang lebih sempit jika dibandingkan dengan ikan pelagis 3. Jumlah kawanan relatif kecil jika dibandingkan dengan ikan pelagis 4. Habitat utamanya berada di dekat dasar laut meskipun berbagai jenis diantaranya berada di lapisan perairan yang lebih atas. 5. Kecepatan pertumbuhannya rendah 6. Komunitas memiliki seluk beluk yang komplek 7. Dibanding sumberdaya ikan pelagis, potensi sumberdaya ikan demersal relatif lebih kecil akan tetapi banyak yang merupakan jenis ikan dengan nilai ekonomis yang tinggi Ikan demersal tersebar di seluruh perairan Indonesia, terutama di paparan Sunda dan Laut Arafura dengan kecenderungan kepadatan sediaan potensi tinggi di daerah pantai. Ikan demersal sangat dipengaruhi oleh factor oseanografi seperti : suhu, salinitas, arus, bentuk dasar perairan. Jenis ikan ini pada umumnya menyenangi dasar perairan bersubstrat lumpur atau lumpur berpasir (Dwiponggo et al, 1989 vide Suharto, 1999). Perikanan demersal Indonesia menghasilkan berbagai jenis ikan (multi species) yang dieksploitasi dengan menggunakan berbagai alat tangkap (multi gear). Hasil tangkapan ikan demersal pada umumnya terdiri dari berbagai jenis yang jumlah masing-masing jenis tersebut tidak terlalu besar. Ikan tersebut antara lain : kakap merah/bambangan (Lutjanus spp), peperek (Leiognatus spp), manyung (Arius spp), kurisi (Nemipterus spp), kuniran (Upeneus spp), tiga waja (Epinephelus spp), bawal (Pampus spp) dan lain-lain. 
BAB III
METODOLOGI
3.1 Tempat dan waktu
Lokasi :Di Perairan Sekitar Pulau Beras Basah
Tgl pengamatan : 19 Desember 2010
Jam : 12.40-14.00 wite
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum Daerah Penangkapan Ikan adalah:
Alat – alat Snorkling
-Fin (kaki katak)
-Mes (kacamata renang)
-Snorkel
Alas tulis
Alat tangkap gill net (jaring insang)
Alat tangkap trammel net

3.3 Cara Kerja
 Adapun cara pengamatan yang dilaksanakan oleh mahasiswa/i adalah dengan cara terjun langsung ke lapangan (pulau beras basah) dan mengamati secara langsung di laut juga para nelayan dengan hasil tangkapannya di sekitar perairan Pulau Beras Basah dengan menggunakan alat - alat yang telah disediakan.


Gill Net
Jaring gill net direntangkan pada kayu yang diletakkan pada kedua belah pihak ujung jaring tetapi tidak dapat diketahui keadaan baik buruknya rentangan itu sendiri, dipasang tegak lurus terhadap arus. Pada lembaran-lembaran jaring, pada bagian atas dilekatkan pelampung (float) dan pada bagian bawah dilekatkan peemberat (sinker). Dengan menggunakan dua gaya yang berlawanan arah, yaitu keseimbangan dari float yang bergerak menuju keatas dan ditambah dengan berat jaring didalam air yang bergerak menuju kebawah, maka jaring akan terentang.

Trammel Net
Trammel net dipasang secara Trammel net dioperasikan di dasar laut secara lurus dan berdiri tegak. Setelah ditunggu selama 1/2 - 1 jam, kemudian dilakukan penarikan dan penglepasan ikan atau udang yang tertangkap.
Biasanya tertangkapnya ikan atau udang pada Trammel net karena tersangkut jaring dan bukanya terjerat pada insangnya. Sehingga pada saat melepaskan hasil tangkapan (ikan atau udang) agak sulit dan bila bahan jaring tidak kuat dapat mengakibatkan jaring tersebut sobek. 

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. HASIL
Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada praktikum di Pulau Beras Basah, dapat dilihat ikan - ikan yang yang ada dan didapat oleh para nelayan di sekitar Pulau Beras Basah, yaitu meliputi:
1.Ikan Kakatua
kelompok ikan yang secara tradisional telah dianggap sebagai keluarga (Scaridae), tetapi sekarang sering dianggap sebuah subfamili (Scarinae) dari ikan keling . Mereka ditemukan di relatif dangkal dan subtropis lautan tropis di seluruh dunia, tetapi dengan terbesar kekayaan spesies di Indo-Pasifik. Sekitar 90 spesies ditemukan di terumbu karang , pantai berbatu dan padang lamun tempat tidur, dan memainkan peran penting dalam bioerosion . ikan kakaktua telah dianggap sebagai keluarga tingkat takson , Scaridae. Meskipun filogenetik evolusi analisis dan ikan kakaktua masih terus berlangsung, sekarang diterima bahwa mereka adalah clade dalam suku Cheilini, dan sekarang sering disebut sebagai labrids scarine (Scarinae subfamili, keluarga Labridae ).  Beberapa otoritas lebih suka memelihara ikan kakaktua sebagai keluarga tingkat takson ,  menghasilkan Labridae tidak monofiletik .
Kakatua diberi nama untuk mereka gigi , yang juga berbeda dari yang lain Labrids banyak gigi mereka disusun dalam mosaik padat pada permukaan eksternal dari tulang rahang, membentuk burung beo seperti paruh-dengan yang mereka serak ganggang dari lainnya substrat berbatu dan karang  (yang berkontribusi pada proses bioerosion ). 

Meskipun mereka dianggap sebagai herbivora , ikan kakaktua makan berbagai organisme terumbu karang, dan penting untuk dicatat bahwa mereka tidak perlu vegetarian. Spesies seperti kakatua humphead hijau (Bolbometopon muricatum) termasuk karang ( polip ) dalam diet merek aktivitas makan mereka adalah penting untuk produksi dan distribusi pasir karang di terumbu biome dan dapat mencegah alga dari tersedak karang. Gigi tumbuh terus, menggantikan bahan aus dengan memberi makan. gigi faring menggiling batu karang yang ingests ikan selama makan. Setelah mereka mencerna mereka mengeluarkan batu itu seperti pasir membantu menciptakan pulau-pulau kecil dan pantai berpasir dari Karibia . Satu kakatua dapat menghasilkan 90 kg pasir setiap tahun. Ukuran maksimum bervariasi dalam keluarga, dengan mayoritas spesies mencapai 30-50 cm (12-20 in) panjangnya. Namun, beberapa spesies yang mencapai hampir 1 meter (3.3 kaki), dan parrotfish humphead hijau mencapai hingga 1,3 meter (4.3 kaki).  Tubuh mereka yang mendalam, dengan besar, tebal sisik lingkaran sisik, sirip dada dan sirip ekor besar homocercal. Kakatua penggunaannya pectorals sebagai alat utama mereka daya, terlibat ekor hanya untuk mencapai kecepatan yang lebih tinggi. 
2.Ikan Bogor/ikan merah

Red Snapper/Kakap Merah (Lutjanus sp) 
Philum: Chordata
Sub Philum: Vertebrata
Kelas: Pisces
Sub Kelas: Teleostei
Ordo: Percomorphi
Famili: Lutjanidae


Ciri-ciri
Badan memanjang melebar, gepeng kepala cembung, bagian bawah penutup insang bergerigi. Gigi-gigi pada rahang tersusun dalam ban-ban, ada gigi taring pada bagian terluar rahang atas, sirip punggung berjari-jari keras 11 dan lemah 14, sirip dubur berjari-jari keras 3 lemah 8-9, termasuk ikan buas, makannya ikan kecil dan invertebrata dasar laut. Hidup menyendiri di daerah pantai sampai kedalaman 60 m. Dapat mencapai panjang 45 - 50 Cm. Warna bagian atas kemerahan/merah ke-kuningan, di bagian bawah merah ke-putihan. garis-garis kuning kecil diselingi warna merah pd bagian punggung di atas garis rusuk. Ikan ini menghuni perairan tropis maupun subtropis, walau tiga dari genus Lutjanus diketahui ada yang hidup di air tawar. Bahkan juvenil beberapa spesies dari genus ini lainnya seringkali dijumpai pada hutan-hutan bakau yang ada perairan payau. Tidak jarang pula juvenil-juvenil dari spesies yang bersangkutan ditemukan pada batang-batang sungai yang bermuara pada hutan-hutan bakau tersebut.

3.Ikan Kerapu macan
Kerapu macan (Mycteroperca tigris) adalah jenis ikan di Serranidae keluarga. The grouper has a tapered body, often reddish, with vertical stripes on its sites. kerapu memiliki tubuh meruncing, sering kemerahan, dengan garis-garis vertikal di situsnya. Young individuals have a yellow colour. orang muda memiliki warna kuning. This fish lives in sheltered reef areas. Ikan ini hidup di terlindung terumbu daerah. Up to 35 inches (86 cm). Sampai dengan 35 inci (86 cm). Klasifikasi ilmiah Kingdom: Kerajaan: Animalia Animalia Phylum: Filum: Chordata Chordata Class: Kelas: Actinopterygii Cachama Order: Order: Perciformes Perciformes Family: Keluarga: Serranidae Serranidae Genus: Genus: Mycteroperca Mycteroperca Species: Spesies: M. tigris M. tigris.

4.Ikan ekor kuning
The Yellowtail atau ikan ekor kuning adalah ikan laut dan milik keluarga Barsa. Seperti setiap anggota keluarga ini, tinggal di lingkungan yang sama, pada dasarnya memiliki pola makan yang sama dan merupakan makanan yang baik. Ini berbeda, seperti yang lain lakukan, dengan pewarnaan tubuh, struktur sirip dan jangkauan habitat. Penampilan Yellowtail. memiliki silinder, tubuh meruncing yaitu tentang palmspan atas kedepan panjang. Kepala sempit dengan mata besar dan apa yang tampaknya seperti mulut besar penuh dengan taring runcing seperti gigi. Struktur insang memiliki dua flaps, satu berbaring sedikit di belakang yang lain, dan agak berbentuk persegiberbentuk sirip dada Fan terletak di belakang insang sirip perut dengan satu segitiga kecil di tengah-tengah perut. Berbentuk kipas sirip dubur terletak di dekat ekor dan hampir buram dengan hanya sedikit warna kelabu. Sirip punggung mulai setengah jalan antara dahi dan bagian tengah punggung dan berakhir hanya pendek ekor. Ini sirip punggung adalah runcing dan tinggi di puncak bundar tentang palmspan tinggi untuk sepuluh pertama atau dua belas tulang rusuk. Setelah itu bahkan dan mengecil ke bawah sekitar tiga jari di dekat ekor. Daerah runcing sering memiliki warna kuning tapi selama semua warna abu-abu seragam. Namanya berasal dari ekor bercabang yang merupakan warna kuning gelap. Ini memiliki sisik kecil pas dekat menutupi tubuh yang warna keperakan yang mencerahkan ke perut putih. Dahi hanya di belakang mata sangat perak warna gelap juga. Yang Yellowtail memiliki luas lampu kuning di sepanjang jalur setiap sisi yang berdifusi saat mencapai ekor. Ini pewarna kuning yang ringan di dewasa muda dan akan menggelapkan sebagai ikan matang.

5.Ikan Nemo
Clownfish atau ikan anemon adalah ikan dari subfamili Amphiprioninae dalam keluarga Pomacentridae . About twenty-nine species are recognized, one in the genus Premnas , while the remaining are in the genus Amphiprion . Sekitar 29 spesies diakui, satu di genus Premnas , sementara sisanya di genus Amphiprion. In the wild they all form symbiotic mutualisms with sea anemones . Di alam liar mereka semua bentuk simbiosis mutualisms dengan anemon laut . Depending on species, clownfish are overall yellow, orange, reddish or blackish, and many show white bars or patches. Tergantung pada spesies, clownfish yang keseluruhan kuning, oranye, kemerahan atau kehitaman, dan menunjukkan banyak bar putih atau patch. The largest can reach a length of 18 centimetres (7.1 in), while some barely can reach 10 centimetres (3.9 in). Yang terbesar bisa mencapai panjang 18 cm (7.1 in), sementara beberapa hampir tidak bisa mencapai 10 cm (3,9 in).
Klasifikasi ilmiah Kingdom: Kerajaan: Animalia Animalia Phylum: Filum: Chordata Chordata Class: Kelas: Actinopterygii Cachama Order: Order: Perciformes Perciformes Family: Keluarga: Pomacentridae Pomacentridae Subfamily: Subfamili: Amphiprioninae Amphiprioninae


4.2. PEMBAHASAN

Melihat dari hasil yang telah diamati, maka dari berbagai jenis ikan yang ada atau didapat oleh nelayan di sekitar Pulau Beras Basah,  rata-rata ikan termasuk dalam jenis ikan yang bernilai ekonomis.  Ikan –ikan ini, ada yang sebagai ikan konsumsi, seperti jenis ikan bogor/ikan merah, ikan ekor kuning, dan  ikan kerapu macan yang memiliki nilai jual sangat tinggi. Selain ikan yang dikonsumsi ada juga ikan dapat dijadikan ikan hias, seperti jenis ikan anemone yang ada di Pulau Beras Basah.

BAB V
PENUTUP
5.1KESIMPULAN

Dari hasil praktikum di lapangan kami dapat menarik kesimpulan bahwa pada pemasangan alat tangkap gill net dan trammel net dapat tertangkap berbagai macam jenis ikan demersal yang bernilai ekonomis tinggi di antaranya ikan ekor kuning, ikan bogor/ikan merah, ikan kakatua, ikan nemo dan ikan kerapu macan.

Perairan disekitar pulau Beras Basah masih cukup bagus, itu dapat dilihat dari ekosistem terumbu karang dan lamun yang sebagai tempat tinggal ikan-ikan dan biota-biota lainnya masih sangat rapat dan melimpah.
Pulau Beras Basah bukan hanya sebagai tempat penangkapan bagi nelayan, tetapi juga sebagai tempat wisata bagi masyarakat.
Perairan Pulau Beras Basah masih terjaga karena pulau ini ada yang mengelola yaitu oleh PT. LNG Badak. 
Dari praktikum ini mahasiswa yang mengambil mata kuliah Daerah Pengkapan Ikan bisa menambah wawasan dan pengetahuan tentang jenis-jenis ikan yang ada di laut.
Dan kami juga dapat menyimpulkan bahwa perairan sekitar Pulau Beras Basah merupakan perairan yang tidak cocok dijadikan sebagai daerah penangkapan, disamping banyaknya biota-biota dan kelimpahan ekosistem seperti lamun dan terumbu karang, maka dengan adanya aktifitas penangkapan mungkin bisa mengganggu bahkan sampai merusak ekosistem-ekosistem yang telah ada tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Bayu.2010,Jatilap (Trammel Net)
            (http://ikanlautindonesia.blogspot.com/2010/02/jatilap-trammel-net.html)
[ 3 Januari 2011 ]
Taufik.2010.Gill Net
           (http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/gillnet/)
           [ 2 Januari 2011 ]
Wawan.2008. Jaring Insang Tiga Lembar
          (http://loligopapua.wordpress.com/2008/03/05/jaring-insang-tiga-lembar-trammel-net-2/)
[ 2 Januari 2011 ]
Andika.2009.Jaring Insang
         (http://andhikaprima.wordpress.com/2009/09/15/jaring-insang/)
         [ 3 Januari 2011 ]







LAMPIRAN
   


Comments

Popular posts from this blog

Laporan PKL PROSES PRODUKSI PENGOLAHAN AMPLANG IKAN BELIDA (Notopterus chitala) DI TOKO TERMINAL AMPLANG HJ. ADAWIYAH SAMARINDA

PLANKTON NET

Laporan PKL Alat Tangkap Bagan Congkel