Laporan Mata Kuliah Ekotoksikologi

BAB I

PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Ekotoksikologi yaitu ilmu yang mempelajari racun kimia dengan fisik pada mahkluk hidup, khususnya populasi dan komunitas termasud ekologis.
Toksikologi yaitu ilmu yang menerapkan batas aman dari bahan kimia dan juga mempelajari kerusakan/cederah pada organisme (Hewan/Tumbuhan dan Manusia).
Toksikologi lingkungan ialah ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik yang di hasilkan dari suatu kegiatan dan menimbulkan pencemaran linkungan. 
Karakteristik fisik dan kimia suatu jenis logam berat dan ditentukan juga oleh faktor lingkungan. Faktor-faktor yang memengaruhi tingkat toksisitas logam beratantara lain suhu, salinitas, pH, dan DO. Penurunan pH dan salinitas perairan menyebabkan toksisitas logam berat semakin besar. Peningkatan suhu menyebabkan toksisitas logam berat meningkat. Sedangkan DO yang tinggi dapat mengurangi toksisitas logam berat (Sarjono, 2009).
Pengaruh pencemaran Pb dapat menimbulkan dampak bagi kehidupan hewan dan manusia karena bersifat racun, yang mampu melakukanpenetrasi pada membran sel sehingga ion-ion logam akan terakumulasi di dalam sel atau organ, terjadi apabila manusia sering mengkonsumsi kerang yang terkontaminasi logam berat, maka akan terjadi gangguan berupa fungsi dan kerusakan sel, jaringan atau organ (Wurdiyanto, 2007).

Sebagian besar kematian biota air laut yang disebabkan oleh bahan pencemar, sering terjadi kerusakan pada bagian insang, karena insang langsung berhubungan dengan air sebagai media hidupnya, sehingga apabila air mengandung polutan akan mengakibatkan kerusakan pada organ insang. Hal inilah yang menyebabkan ikan menjadi mati di perairan (Sandi, 1994). 
Dari dampak tersebut, maka diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh logam berat dalam perairan terhadap struktur histologi insang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hematokrit
The hematokrit (Ht atau HCT) atau dikemas volume sel (PCV) atau fraksi volume eritrosit (EVF) adalah proporsi volume darah yang ditempati oleh sel darah merah. Hal ini biasanya sekitar 48% untuk pria dan 38% untuk perempuan [1] Hal ini dianggap sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari hasil lengkap seseorang menghitung darah, bersama dengan kadar hemoglobin, jumlah sel darah putih, dan jumlah platelet.. 
Pada mamalia, hematokrit tidak tergantung pada ukuran tubuh. 
The hematokrit "Istilah" (Inggris Bahasa Inggris: hematokrit) diciptakan pada tahun 1903. Akarnya berasal dari kata Yunani Hema (Gr αίμα) - darah, dan krites (Gr κριτής), hakim - yang berarti untuk mengukur atau hakim darah. 
* 1 Metode pengukuran 
* 2 Peningkatan hematokrit 
* 3 Menurunkan hematokrit  
Metode pengukuran 
1. Packed cell volume diagram Volume sel dikemas (PCV) dapat ditentukan oleh pemusingan heparinized darah dalam tabung kapiler (juga dikenal sebagai tabung mikrohematokrit) di 10.000 RPM selama lima menit. 
2.  ini memisahkan darah ke lapisan. Volume dikemas sel darah merah, dibagi dengan total volume sampel darah memberikan PCV. Karena tabung yang digunakan ini dapat dihitung dengan mengukur panjang lapisan. Dengan peralatan laboratorium modern, hematokrit dihitung oleh analisa otomatis dan tidak secara langsung diukur. Hal ini ditentukan dengan mengalikan jumlah sel darah merah dengan volume sel rata-rata. hematokrit ini sedikit lebih akurat sebagai PCV termasuk sejumlah kecil plasma darah terperangkap antara sel darah merah. Sebuah hematokrit diperkirakan sebagai persentase mungkin diturunkan oleh tiga kali lipat kadar hemoglobin dalam g / dL dan menjatuhkan unit. 
3 tingkat hemoglobin adalah ukuran yang digunakan oleh bank darah [klarifikasi diperlukan] 
Ada beberapa kasus di mana darah untuk pengujian itu sengaja ditarik ke proksimal saluran pembuluh darah yang dikemas menanamkan sel darah merah atau cairan. Dalam situasi ini, tingkat hemoglobin dalam sampel darah tidak akan menjadi tingkat yang benar bagi pasien karena sampel akan berisi sejumlah besar bahan infus daripada apa yang diencerkan ke dalam sirkulasi darah keseluruhan. Artinya, jika dikemas sel darah merah yang sedang diberikan, sampel akan berisi sejumlah besar sel-sel dan hematokrit akan secara artifisial sangat tinggi. Sebaliknya, jika garam atau cairan lain sedang diberikan, sampel darah akan diencerkan dan hematokrit akan secara artifisial rendah. 
hematokrit ditinggikan 
Dalam kasus demam berdarah yang hematokrit tinggi merupakan tanda bahaya peningkatan risiko sindrom shock dengue. Polisitemia vera (PV), gangguan myeloproliferative di mana sumsum tulang menghasilkan jumlah sel darah merah yang berlebihan, terkait dengan hematokrit tinggi. 
penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) dan kondisi paru lainnya yang berhubungan dengan hipoksia dapat memperoleh peningkatan produksi sel darah merah. Peningkatan ini dimediasi oleh peningkatan kadar eritropoietin oleh ginjal sebagai respon terhadap hipoksia. 
Tingkat hematokrit Profesional atlet 'yang diukur sebagai bagian dari tes doping darah atau Erythropoietin (EPO) digunakan; level hematokrit pada sampel darah dibandingkan dengan tingkat jangka panjang untuk itu atlet (untuk memungkinkan untuk setiap variasi di tingkat hematokrit) , dan melawan diizinkan maksimum absolut (yang didasarkan pada tingkat maksimum yang diharapkan dalam populasi, dan tingkat hematokrit yang menyebabkan peningkatan risiko bekuan darah menyebabkan stroke atau serangan jantung). Anabolic steroid androgenik (AAS) digunakan juga dapat meningkatkan jumlah RBC dan karena itu dampak hematokrit, khususnya boldenone senyawa dan oxymethelone. Jika pasien mengalami dehidrasi, hematokrit mungkin ditinggikan. 

Menurunkan hematokrit 
Menurunkan hematokrit dapat berarti perdarahan yang signifikan. Volume sel hidup rata-rata (MCV) dan distribusi lebar sel darah merah (RDW) dapat sangat membantu dalam mengevaluasi hematokrit lebih rendah dari normal, karena dapat membantu klinisi menentukan apakah kehilangan darah yang kronis atau akut. The MCV adalah ukuran dari sel darah merah dan RDW adalah ukuran relatif variasi ukuran populasi sel darah merah. Sebuah hematokrit rendah dengan MCV rendah dengan RDW tinggi menunjukkan sebuah eritropoiesis besi-kekurangan kronis, tapi RDW normal menunjukkan kehilangan darah yang lebih akut, seperti pendarahan yang. 
Kelompok individu yang berisiko untuk mengembangkan anemia meliputi: 
* Bayi yang mungkin tidak memiliki cukup asupan besi 
* Anak-anak akan melalui percepatan pertumbuhan yang cepat, di mana besi yang tersedia tidak dapat mengikuti tuntutan massa sel tumbuh merah 
* Perempuan dalam melahirkan tahun yang memiliki kebutuhan yang berlebihan untuk besi karena kehilangan darah selama menstruasi 
* Hamil wanita, Di dalam Dia tumbuh janin menciptakan permintaan yang tinggi untuk besi. 
* Pasien dengan penyakit ginjal kronis, seperti ginjal mereka tidak lagi tingkat cukup mengeluarkan hormon eritropoietin, yang merangsang produksi sel darah merah oleh sumsum tulang
2.2 Darah
2.2.1 Darah Ikan
Darah adalah suatu fluida (plasma) tempat beberapa substansi terlarut dan tempat erythrocyte, leucocyte dan beberapa hal lainnya tersuspensi (Rachman, 2003).
Setelah hewan mencernakan pakannya dan mengabsorbsi molekul-molekul pakan tersebut selanjutnya mendistribusikannya ke seluruh sel-sel tubuh dengan bantuan system pengangkut, biasanya adalah darah (Yuwono dan Purnama, 2001).
Darah adalah suatu jaringan bersifat cair. Darah terdiri dari sel-sel (dan fragmen-fragmen sel) yang terdapat secara bebas dalam medium yang bersifat seperti air, ialah plasma (Kimball, 1983).
Darah merupakan jalan utama transportasi pencernaan bahan makanan untuk sekresi kelenjar endokrin dan sebagai rute metabolisme bermacam-macam tujuan, contohnya rute asam susu asam ke hati untuk glikogenesis (Guyer dan Charles, 1964).
2.2.2 Komponen Penyusun Darah
2.2.2.1 Sel Darah
a. Eritrosit
Erythrocyte (sel darah merah) ikan berinti, berwarna merah kekuningan.Erythrocyte dewasa berbentuk lonjong, kecil, berdiameter antara 7 - 36 mikron (bergantung kepada spesies ikannya). Jumlah erythrocyte tiap mm3 darah berkisar antara 20.000 – 3.000.000 (Rachman, 2003).
Menurut Kimball (1983), sel-sel darah merah mempunyai bentuk cakra, dengan diameter 7,5 μm dan ketebalan di tepi 2 μm. Tengah-tengah dari cakra tersebut lebih tipis (1 μm) dari pada tepinya. Bentuk “bikonkaf” yang menarik ini mempercepat pertkaran gas-gas antar sel-sel dan plasma darah. Pada orang dewasa, SDM dibentuk dari sel-sel “pokok”, yang terletak dalam sum-sum tulang, terutama dalam tulang-tulang rusuk, sternum (tulang dada) dan vertebrata (tulang-tulang belakang). Jangka hidup sel-sel ini kira-kira 120 hari. Sel-sel darah merah yang telah tua akan ditelan oleh sel-sel fagostik yang terdapat dalam hati dan dalam suatu struktur berbentuk kantung yang disebut limpa. Sebagian besar vertebrata mempunyai eritrosit berbentuk lonjong yang berinti, tetapi pada mamalia, dalam perkembangannya inti itu lenyap dan eritrosit berbentuk cawan bikonkaf. Bentuk demikian mempunyai permukaan yang volumenya sama, dan permukaan yang lebih luas ini mempermudah lewatnya gas dan zat lain melalui membran plasma. Jumlah sel darah merah adalah yang paling banyak dibandingkan denga unsur-unsur sel darah lainnya. Dalam satu millimeter kubik darah manusia terdapat 5.000.000 sel darah merah (Ville, 1988).
b. Leukosit
Menurut Iskandar (1974), leucocyte besarnya lebih besar dari erythrocyte dan berinti. Banyaknya berkisar antara 5.000 – 10.000 per kubik millimeter. Berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh, karena mempunyai daya phagocytosis yaitu mempunyai daya memakan sel-sel bakteri dan benda-benda asing lainnya. Sel-sel darah putih atau leucocyte tersebut dibuat di sumssum tulang, bersama-sama dengan sel-sel darah merah, sedangkan lymphocyte dibuat dari kelenjar-kelenjar lymphe sedangkan dalam jumlah yang sedikit di sumsm tulang, leucocyte di hancurkan di limpa, sumsum tulang dan sel koffer yaitu oleh sel macrophage.
Menurut Lagler et al (1977), darah ikan meliputi beberapa tipe sel berwarna atau sel darah putih (leukosit), yang bentuknya seperti telur sampai bulat. Jumlah sel darah putih antara 20.000 dan 150.000 per kubik millimeter dalam kelompok ikan yang berbeda. Diantara sel darah putih ada granulosit yang mungkin terdiri antara 4 dan 40 persen dari semua sle darah putih. Rata-rat diameternya 10 mikron, tetapi ukuran dari 24 sam pai 33 mikron ada pada ikan paru-paru afrika (Protopterus). Granulosit dibagi menurut reaksi staining mereka dalam neurofil, yang umum; asidofil (eosinofil) dan basofil yang jarangpada darah ikan. Beberapa elasmobranchi mempunyai tipe granulosit ke empat, heterofil. Juga agranular limfosit dan monosit yang oval; biasanya lebih kecil, trombosit. Leukosit agranular lebih banyak pada komponen sel darah putih dalam darah ikan. Monosit mempunyai fungsi makrofage. Limfosit menghilang untuk diferensiasi ke dalam 2 populasi, yang satu memproduksi antibodi dan yang lain sebagai sel imunitas. Jumlah trombosit sekitar setengah dari semua leukosit pada ikan dan berfungsi dalam penggumpalan darah
2.2.2.2 Plasma
Menurut Isnaeni (2006), plasma darah mengandung ekitar 90% air dan berbagai zat terlarut / tersuspensi di dalamnya. Plasma merupakan cairan komponen penyusun darah yang memiliki komposisi sangat berbeda dari cairan intra sel. Plasma mengandung sejumlah protein yang berperan sangat penting untuk menghasilkan tekanan osmotic plasma. Tekanan osmotic plasma yang ditimbulkan oleh protein disebut tekanan osmotic koloid. Volume plasma pada hewan yang memiliki sistem sirkulasi tertutup tergantung pada keseimbangan antara laju filtrasi cairan / plasma dari kapiler menuju ruang jaringan dan laju reabsorbsi filtrate tersebut. Ada 2 macam kekuatan yang bekerja dalam proses pertukaran cairan tersebut, yaitu tekanan darah (tekanan hidrostatik) dan tekanan osmotic koloid.
Menurut Yuwono dan Purnama (2001), plasma merupakan cairan yang mengandung ion-ion dan molekul orgnanik meliputi protein, elektrolit, nutrient, materi sampah, zat pengatur dan gas terlarut.

 Komposisi plasma darah adalah sebagai berikut :
- Air
- Protein
- Bahan terlarut
- Elektrolit (Na+, K+, Mg++, Cl-, HCO3-, PO4, SO4)
- Senyawa protein non nitrogen (urea, asam urat, keratin, kreatinin, garam-garam ammonium)
- Nutrient (glukosa, lemak, asam amino)
- Gas-gas darah (oksigen, karbon dioksida, nitrogen)
- Senyawa pengatur (hormone, enzim)
Menurut Mayes, dkk. (1985), semua fungsi darah kecuali fungsi seluler spesifik seperti transport oksigen dan system pencernaan immunologic oleh sel dilakukan oleh plasma dan unsur-unsur plasma. Plasma terdiri dari air, elektrolit, zat makanan, protein dan hormone. Komposisi air dan elektrolit plasma praktis sama dengan semua cairan ekstraseluler.

2.2.3 Tahap Pembentukan Darah
Tanda – tanda pertama yang nyata tentang pembentukan system peredaran darah ialah timbulnya suatu masa mesoderm yang pepat pada kantong yolk, dinamakan pulau – pulau darah. Sel – sel permukaan dari pulau – pulau yang berbatasan, berangsur angsur merapat dan membentuk jarring – jaring tipis. Sel – sel yang lebih dalam memisahkan dari satu sama lainnya dan menjadi sel – sel darah (Hildebrand, 1974).
Daerah – daerah tubuh yang membentuk sel darah merah pada beberapa minggu pertama kehiduoan embrio, sel –sel darah menrah primitive dihasilkan dalam kantong kuning telur. Selama trisemester kedua kehamilan sel darah merah, pada saat yang sama, sel – sel darah merah juga dibentuk dalam jumlah cukup banyak oleh limpa dan kelenjar limfe, kemudian, selama trisemester ketiga kehamilan dan setelah lahir, sel darah merah dibentuk semata – mata oleh sumsum tulang (Guyton, 1976).
2.2.4 Fungsi Darah
Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel – sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan – jaringan tubuh, membawa hormone dan enzim ke oragan yang memerlukan. Pertukaran oksigen dengan air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable, yaitu pembuluh yang terdapar didaerah insang (Rachman, 2003).
Menurut Mayes, dkk, (1985), semua fungsi darah kecuali fungsi seluler spesifik seperti transfer oksigen dan system pertahanan imunologik oleh sel – sel (cell – medicted defense), dilakukan oleh plasma dan unsur- unsur plasma fungsi tersebut adalah :respirasi transport oksigen dari paru – paru kejaringan dan CO2 dari jaringan paru –paru. nutrisi transport zat – zat makanan yang diadsorbsi. ekskresi transport sisa metabolism eke ginjal, paru – paru, kilit. Dan usus untuk dibuang.pemeliharaan keseimbangan asam basa di dalam tubuh. pengaturan keseimbangan air melalui efek darah terhadap pertukaran air diantara cairan yang beredar dan cairan jaringan. pengaruh suhu tubuh dengan penyebaran panas badan. pertahanan terhadap infeksi oleh sel darah putih dan antibody yang beredar.transport hormone, pengaturan metabolisme.
2.2.5 Komponen Penyusun Sistem Peredaran Darah
Secara umum struktur dasar sistem sirkulasi ini terdiri atas saluran-saluran yang berhubungan (pembuluh) dan cairan yang dapat sebagai transportasi. Sirkulasi dalm pembuluh limpha dan limpha merupakan sistem limpatik. Sedangkan dikatakan sistem pembuluh darah karena pembuluh darah yang membawa darah untuk sirkulasi dipompa oleh jantung bekerja kontinyu dalam sistem cardiovaskuler.jadi materi dalam pembelajaran tentang sistem sirkulasi ini dibagi atas :
1. sistem cardiovaskuler dan capiler· Darah : Arteri, vena dan capiler
· Jantung
· Sistem sirkulasi arteri dan vena
· Sirkulasi tunggal dan ganda
2. sistem limphatik
· Pembuluh limpha
· Jaringan limpha (Noer dan widawati, 2007)
Menurut Kimball (1938), darah yang terkumpul dari seluruh badan ikan masuk ke kamar berdinding tipis, atlium. Ketika jantung kendur, darah mengalir melalui sebuah katub ke dalam ventrikel berdinding tebal. Kontraksi vertikel yang kuat mendesak darah keluar ke anyaman kapiler insang. Dari insang, darah mengalir ke anyaman kapiler dibagian badan selebihnya, dan pertukaran bahan makanan terjadi dengan jaringan. Kemudian darah kembali ke jantung.
2.2.6 Mekanisme Peredaran Darah
Menurut Effendie (1972), darah yang keluar dari jantung melalui ventral aorta terus ke insang, darah yang mengandung banyak zat asam menggalir di dalam pembuluh darah dorsal aorta. Sebagian menuju ke kepala dan sebagian lagi menuju ke bagian tubuh yang lain dan alat pencernaan makanan. Darah yang dari tubuh sebelum masuk ke jantung mengalir dulu ke ginjal, temmpat kotoran hasil metabolisme kemudian mengalir ke hati terus masuk lagi ke jantung.
Darah dari jantung keluar melalluii aorta ventral menuju insang. Di insang aorta bercabang menjadi kapiler-kapiler (terjadi pertukaran gar yaitu pelepasan CO2 dan pengambilan O2 dari air. Dari kapiler seluruh tubuh memberikan O2 dan sari makanan serta mengikat CO2. Selanjutnya darah kembali ke jantung melalui vena kordinalis anterior dan vena kordinalis posterior (Tedy, 2008).
2.2.7 Sistem Peredaran Darah
Menurut Teddy (2008), jantung ikan terdiri dari
- 2 ruang: meliputi 1 atrium (serambi) dan ventikel (bilik)
- Sinus venasus: yang menerima darah dari vena kordinalis, 
anterior dan vena kordinalis  posterior. Peredaran darah ikan termasuk peredaran darah tunggal (dalam 1 kali peredarannya, darah melalui jantung 1 kali).Seperti pada semua vertebrata, bahwa sistem peredaran darahpada ikan adalah tertutup, darah selalu terdapat di dalam pembuluh darah, sebagai contoh bahwa darah mengalir dari jantung melalui arteri ke jaringan kapiler yang menuju ke jaringan tubuh dan kembali ke jantung melalui vena, suatu sistem peredaran darah tertutup tidak selalu berarti lebih maju dari suatu sistem terbuka, tetapi dalm sistem tertutup suatu tekanan yang lebih tinggi dan dirancang lebih cepat dan mudah ditimbulkan karenadarah dibatasi oleh pembuluh dan pada ikan yang seluruhnya bernapas dengan insang, maka jantungnya akan menampakkan aliran darah tunggal, maka dari itu kebanyakan sistem peredaran darah disebut peredaran darah tunggal (Rachman, 2003).
2.2.8 Pengertian Sistem Imun
Menurut Isnaeni (2005), globulin bertanggung jawab dalam berbagai fungsi terutama yang berkaitan dengan sistem kekebalan (imun) dan transport molekul tertentu, pertahanan tubuh dapat terjadi dengan berbagai mekanisme, antara lain menginaktifkanatau mengeluarkan berbagai sel asing dari tubuh, menghancurkan mikroorganisme pathogen beserta hasil beserta sekresinya dan menyingkirkan abnormal atau sel bermutasi (contohnya sel kanker) yang muncul mekanisme pertahanan tubuh yang dapat terjadi dengan cara fagositosis (paling primitive), enkopsulasi (pembentukan selubung mengahsilkan antibody atau sensifikasi limfosit faktor homoral (aglutinin) dalam cairan tubuh juga dapat menginaktifkan benda asing (Ganong, 1983).


2.2.9 Proses Pembentukan Darah
Darah akan membeku bila keluar dari pembuluh darah, dalam plasma, darah mengandung protein fibrinogen yang akan menjadi fibrin di bawah pengaruh enzim protealis trambin, seperti kita ketahui enzim trambin berasal dari proenzym protrambin dan di aktifkan oleh trombokinase (perkataan trombokinase yang dulu di kenal sebagai tramboplastin lebih tepat, karena kinase berarti zat – zat yang mengaktifkan proenzym menjadi enzyme (Iskandar, 1974).
Menurut Racoen (2007), mekanisme penutupan luka yaitu pada tubuh mulai mengeluarkan darah, sebuah enzim yang di sebut tramboplastin yang di hasilkan sel – sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan protrambin di dalam darah, akibat reaksi kimia jalianan benang – benag yang di hasilkan membentuk lapisan pelindung, sel -sel baru sedang di bentuk ketika sel – sel yang rusak telah selesai di perbaharui keropeng tersebut akan mengelupas dan jatuh.
2.2.10 Hubungan Sistem Imun Dengan Darah
Sel -sel T bertangung jawab terhadap reaksi immune seluler dan mempunyai reseptor permukaan yang spesifik untuk mengenal antigen asing, limfosit lain tetap diam di sumsum tualang berdifensiasi menjadi limfosit B, berdiam dan berkembang di dalam kompertemennya sendiri. Sel B bertugas untuk memproduksi antibody hormonal, antibody raspanse yang berbeda dalam peredaran darah dan mengikat secara khusus dengan antigen asing yang menyebabkan antigen asing tersalut antibody, kompleks ini nmempunyai fotositosis, lisis sel dan sel pembuluh (killed sel atau sel K )dari organisme yang menyerang, sel T dan sel B secara morfologis hanya dapat di bedakan ketika di aktifkan oleh antigen (Effendie, 2003).
Menurut Villee,dkk (1988), limfosit B dan limfosit T berbeda dalam cara responnya. Beberapa sel keturunan dari limfosit B yang terangsang membentuk suatu retikulum endoplasmik granula rumit yang mampu mensintesis protein dan di sebut sel plasma yang mampu mensintesis antibodi yang di perlukan, antibody ini di lepaskan dalam darah dan di bawa sebagai bagian dalam fraksi gramma globulin respon antibodi hormonal ini mengurangi memerangi bakteri dan virus di dalam darah.
2.3 Analisa Hasil
2.3.1 Pengambilan Darah
Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa pengambilan darah yang dilakukan pada daerah caudal peduncle. Pada umumnya pengambilan darah dapat dilakukan diempat tempat yaitu linea lateralis, dorsal aorta, caudal peduncle, dan jantung. Dari keempat tempat pengambilan darah ini, yang paling baik untuk melakukan proses pengambilan darahyaitu pada dorsal aorta karena dorsal aorta merupakan percabangan utama dari insang yang sebelumnya berasal dari vena aorta.
Menurut Admin (2008), pengambilan darah ini dapat dilakukan dibeberapa daerah dari tubuh ikan. Diantaranya melalui linea lateralis, melalui cavum oris mentok mencapai rahang bagian atas, dan beberapa tempat lain.Selain itu ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai sistem peredaran darah tunggal tertutup yang artinya mekanisme peredaran darahnya berasal dari jantung dan kembali lagi ke jantung.
Hal ini sesuai dengan Guyer and Charles (1964), dari jantung, darah yang mengalir mengandung CO2 dan mengeluarkan O2, setelah mengelilingi seluruh tubuh yang sebelumnya mengalir ke ventral aorta ke bagian insang, dimana terdapat distribusi kebagian afferent branchial arteries.
2.3.2 Pembuatan Film Darah Tipis
Setelah melakukan praktikum pembuatan film darah tipis, didapatkan hasil bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai sel darah merah (eritrosit) yang jumlahnya banyak, hal tersebut menandakan bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam kondisi yang sehat.
Dari hasil pengamatan gambar pada mikroskop, dapat dijelaskan bahwa terdapat jenis sel darah merah (eritrosit). Sel darah merah mempunyai jumlah yang dominan dan dalam bentuk mature dan imature. Bentuk mature mempunyai sitoplasma yang besar dan inti selnya yang kecil, dan jaraknya juga berjauhan. Sedangkan bentuk imature mempunyai sitoplasma yang besar, begitu juga inti selnya yang besar dan jaraknya berdekatan. Selain itu, sel darah merah mempunyai kandungan hemoglobin yang banyak dan dapat mengangkut O2 dalam darah.
Pada vertebrata mengandung pigmen respiratori yaitu hemoglobin yang efisien untuk mengangkut oksigen. Hemoglobin memiliki kapasitas 15 sampai dengan 25 kali lipat kapasitas air untuk mengikat oksigen. Hanya 1% dari total oksigen yang diambil oleh plasma darah, sedangkan 99% total oksigen diambil oleh hemoglobin (Yuwono dan Purnama, 2001).
Pada pewarnaan darah diberi pewarna giemsa. Giemsa ini bersifat basa yaitu dengan pH 10, dan pada darah yaitu pada inti bersifat asam dan pada plasmanya bersifat basa yaitu dengan pH 7,4. Digunakan pewarna giemsa ini karena giemsa dapat memberi warna pada darah dengan jelas, dimana giemsa langsung masuk kedalam inti sel darah dan memberi warna pada semua sel darah, sehingga bagian sel-sel pada darah terlihat jelas saat diamati dibawah mikroskop.
2.4 Faktor Koreksi
Pada praktikum materi pengambilan darah dan pembuatan film darah tipis ikan, terdapat beberapa faktor koreksi yaitu:
· Kurang aseptisnya alat suntikan yang digunakan sehingga terdapat bakteri yang menempel dan mempengaruhi darah saat diamati.
· Kurang keterampilan praktikan didalam pengambilan darah, sehingga harus mengulangi beberapa kali agar darah dapat terambil.
· Kurang keterampilan praktikan didalam pembuatan film darah tipis dengan metode smear yang akan mempengaruhi tipisnya lapisan darah sehingga sulit untuk diamati dibawah mikroskop.
. Kurang ketrampilan praktikan didalam mengisi Na sitrat, sehingga terdapat gelembung udara pada spuit, yang akan mempengaruhi kesehatan ikan.
. Kurang keterampilan praktikan didalam menggunakan mikroskop sehingga saat pengambilan gambar sel darah memakan waktu yang lama.


2.5  Manfaat di Bidang Perikanan
Pada praktikum materi pengambilan darah dan pembuatan film darah tipis ikan, terdapat beberapa manfaat yang bisa diambil, yaitu:
· Dapat mengidentifikasi apakah ikan tersebut sehat atau dalam keadaan sakit, hal ini dapat diketahui kandungan sel darah yang lebih dominan dalam tubuh ikan tersebut.
· Dapat diketahui organ-organ yang berperan didalam peredaran darah ikan.
· Mengetahui tempat pengambilan darah agar tidak terjadi kesalahan dalam penyuntikan untuk pengambilan darah.
· Dapat mengetahui peredaran darah pada ikan.
· Mengetahui komposisi darah pada ikan.
· Mengetahui fungsi darah pada ikan untuk transportasi, sistem imun atau kekebalan tubuh
· Mengetahui proses pembekuan darah atau penutupan luka pada ikan

BAB III
METODOLOLGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Ecotoxicology dilaksanakan pada hari senin, 19 – 12 – 2011 bertempat di lap. Kualitas air Fpik.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
-Akuarium 12 buah
-Aerator 12 buah
-Syringe dan needle (jarum dan spoit suntik)
-Lilin   mainan
-Gelas ukur
-Kapas
-Tabung centrifuge
-Tabung kapiler / Nesco
-Pinset
-Centrifuge
Bahan
-Air (6 liter masing-masing akuarium)
-Ikan mas ukuran 200 – 250 gr (12 buah)

3.3 Prosedur Kerja
Persiapan 
-  siapkan akuarium (bersihkan)dan isi air ( 6 lt setiap akuarium )
- Lengkapi dengan aerator ( 1 batu/akuarium)
- Masukkan ikan 1/akuarium
- Aklimasi selama 3 hari sampai ikan sudah bias makan atau tidak
Perlakuan (Pb)
-Setiap kelompok mempunyai 3 perlakuan ikan mas
1 ikan control (Non Pb)
2 ikan perlakuan (Pb 2 gr/l)
-Pb yang sudah diencerkan kemudian dimasukkan pada 2 akuarium perlakuan (Pb = 12 ml)
-Biarkan selama 1 jam
-Setelah jam yang ditentukan, lakukan prosedur sampling
-Percobaan ikan control dilakukan 15 menit sebelum ikan perlakuan di lakukan sampling
Prosedur Sampling dan Analisa
-Sampling ikan, tutup dengan kain basah
-Ambil darah ikan dengan memakai alat suntik melalui caudal
-Masukkan darah lansung kedalam tabung kapiler
-Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung
-Salah satu ujung tabung ditutup dengan lilin mainan
-Masukkan tabung kapiler yang berisi darah kedalam tabung centrifuge, lapisi dengan kapas agar tabung kapiler tidak goyang, sehingga tabung tidak mudah parah
-Sentrifuge tabung selama 15 menit dengan kecepatan 15.000 rpm.
-Ukur tinggi kolom eritrosit dan total kesdeluruhan (plasma + darah merah), nilainya dinyatakan dalam %.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil 
Rumus pengenceran
M1.V1 = M2.V2
Diketahui: M1 = 2 gr/l
 V1 = 6 liter = 6000 ml
M2 = 1000
Ditanya: V2=…..?
Jawab:    M1.V1=M2.V2
 2 x 6000 = 1000 x V2
                 12000 = 1000 x V2
            V2 = 12000/1000
V2 = 12 ml.
Rumus Hematokrit
Hct(%) = 100 x (R/T)
Keterangan:  Hct = haematocrit
  R = height of red cell layer
  T = total height of the blood

Untuk control
Hct(%) = 100 x (R/T)
Diketahui: R = 1,1 cm
     T = 2,2 cm
Ditanya : Hct = …?
Jawab: Hct(%) = 100 x (R/T)
= 100 x (1,1/2,2)
=100 x 0,5
= 50 %

Untuk Perlakuan 1
Hct(%) = 100 x (R/T)
Diketahui: R = 1,1 cm
     T = 2,9 cm
Ditanya : Hct = …?
Jawab: Hct(%) = 100 x (R/T)
= 100 x (1,1/2,9)
=100 x 0,38
= 38 %

Untuk Perlakuan 2
Hct(%) = 100 x (R/T)
Diketahui: R = 1,7 cm
     T = 4,3 cm
Ditanya : Hct = …?
Jawab: Hct(%) = 100 x (R/T)
= 100 x (1,7/4,3)
=100 x 0,4
= 40 %

Hasil Setiap kelompok
No Nama kelompok Control Perlakuan 1 Perlakuan 2
1 I 54 % 55 % 66 %
2 II 58 % 64 % 58 %
3 III 50 % 38 % 40 %
4 IV 22 % 25 % 27 %


4.2 Pembahasan 
Penghitungan Hematokrit
Hct (%) = 100 × (R/T)
Where : Hct = haematocrit values 
R = height of red cell layer
T = total height of the blood
Setelah melakukan prosedur control pada ikan nila maka didapat,
R = 1,1 cm
T = 2,2 cm
Hct (%) = 100 × (R/T)
  = 100 ×0,5
  = 50 %
Maka jumlah Hematokrit ikan nila pada prosedur control sebesar 50%
Hematokrit ikan nila pada prosedur perlakuan I (satu) maka didapat,
R = 1,1 cm
T = 3,5 cm
Hct (%) = 100 × (R/T)
= 100 × (1,1/2,9)
= 38%
Maka jumlah Hematokrit sebesar 38 %.
Hematokrit ikan nila pada prosedur perlakuan II (dua) maka didapat,
R = 1,7cm
T = 4,3 cm

Hct (%) = 100 × (R/T)
= 100 × (1,7/4,3)
= 40%
Maka jumlah Hematokrit sebesar 40%.
Jadi dari hasil hematokrit yang kami peroleh dari 3 ikan mas percobaan yaitu 1 untuk percobaan control dan 2 untuk perlakuan Pb dapat kami menarik perbandingan bahwa ikan yang tidak dimasukkan Pb lebih rendah atau lebih kecil hematokritnya sedangkan ikan yang dimasukkin Pb memiliki hematokrit  lebih tinggi.
Untuk perbandingan percobaan antara kelompok. Kami bias menarik perbandingan bahwa semakin banyak Pb yang dimasukkan maka semakin rendah hematokritnya, begitu juga dengan sebaliknya semakin sedikit Pb yang dimasukkan maka semakin besar hematokritnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
  Dari hasil kegiatan praktikum yang dilakukan, didapatkan beberapa kesimpulan diantaranya:
 · melihat dari hasil percobaan dari kelompok kami bahwa perbandingan dari hasil percobaan control dengan percobaan perlakuan bisa kami menarik kesimpulan bahwa percobaan control lebih kecil hematokritnya di bandingkan dengan pecobaan perlakuan yang di masukkan Pb 12 cm (encer).
. melihat hasil dari setiap perlakuan kelompok antara kelompok 1,2,3 dan 4 kami bias menarik perbandingan hematokrit bahwa semakin banyak atau semakin tinggi Pb dimasukkan semakin rendah atau semakin sedikit hematokritnya, begitu juga dengan sebaliknya semakin sedikit Pb dimasukkan maka semakin tinggi hematokritnya.
. Darah adalah suatu fluida (plasma) tempat beberapa substansi terlarut dan tempat erytrocyte, leucocyte dan beberapa hal lainnya tersuspensi.
· Komponen penyusun darah yaitu sel darah: eritrosit, leukosit, dan trombosit serta plasma.
· Darah berfungsi untuk mengedarkan suplai makanan, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim keorgan yang memerlukan.
· Pengambilan darah dilakukan di caudal pudancle karena dekat dengan tulang yang mengarah ke jantung.
· Mekanisme peredaran darah dimulai dari jantung kemudian ke vena aorta lalu ke insang, kembali kembali lagi ke dorsal aorta lalu dialirkan keseluruh tubuh, lalu ke ginjal kemudian ke hati dan kembali ke jantung.
· Ikan nila (Oreochromis niloticus) mempunyai sel darah merah dengan jumlah yang banyak berarti menandakan bahwa ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam keadaan sehat.

5.2 Saran
Dari hasil kegiatan praktikum yang dilakukan diharapkan dalam kegiatan praktikum diperlukan ketelitian dan kehati-hatian di dalam menggunakan alat dan mengolah data.




DAFTAR PUSTAKA

Budiono, A. 2003. Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air. 
Bachok, Z., P. L. Mfilinge & M. Tsuchiya. 2006. Food Sources of Coexisting
Suspension-Feeding Bivalves as Indicated by Fatty Acid Biomarkers,
Subjected to the Bivalves Abundance on a Tidal Flat. Journal of Sustainability Science and Management. 1: 92-111
Connell, D.W. dan Miller, G.J.. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Jakarta: UI Press
Destiany, Maulida. 2007. Pengaruh Pemberian Merkuri Klorida Terhadap Struktur Mikroanatomi Hati Ikan Mas. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Semarang:
Fitriyah, Khaina Rinda. Studi Pencemaran Logam Berat (Pb), Merkuri
Ikan mas-Membahayakan.Html. Diakses pada tanggal 22 April 2010
Imron, H. 2006. Pemodelan Sistem Dinamik Untuk Pengelolaan Daerah
Lestari dan Edward. 2004. Dampak Pencemaran Logam Berat Terhadap Kualitas Air Laut dan Sumberdaya Perikanan (Studi Kasus Kematian Massal Ikan-Ikan

Comments

Popular posts from this blog

Laporan PKL PROSES PRODUKSI PENGOLAHAN AMPLANG IKAN BELIDA (Notopterus chitala) DI TOKO TERMINAL AMPLANG HJ. ADAWIYAH SAMARINDA

PLANKTON NET

Laporan PKL Alat Tangkap Bagan Congkel