Posts

MANAJEMEN BUDIDAYA TAMBAK SISTEM SYLVOFISHERY

MANAJEMEN BUDIDAYA TAMBAK SISTEM SYLVOFISHERY      Pada dasarnya pola yang diterapkan pada sistem sylvofishery adalah  tetap mengedepankan pada target produk utama yaitu biota air budidaya, dan yang kedua dari hasil mangrove itu sendri, seperti ekonomi hijau (mangrove produk) maka dari itu perlu pengelolaan budidaya sistem sylvofishery dengan target produk utama berupa biota air budidaya (ikan/udang).  Konstruksi Tambak a. Ukuran petakan Ukuran petakan tambak sebaiknya tidak terlalu luas, antara 2 s/d 3 Ha, dengan pertimbangan untuk memudahkan pengelolaan  budidaya b. Pematang tambak       Pematang/tanggul tambak kokoh dengan ukuran lebar atas min. 3 meter dan 1,5-2 m untuk pematang antara. Tinggi tanggul min. 1,25 m. Pada proses pembuatan pematang /tanggul telah dilakukan pemadatan untuk mengurangi resiko terjadinya kebocoran ataupun tanggul jebol . c. Pintu air utama   Pintu air utama sebaiknya dibuat yang kokoh dari bahan kayu atau beton. Berdasarkan fungsinya, sebaikny

Konsep Mina (Silvofishery) Hutan di dalam tambak aktif

Konsep Mina (Silvofishery) Hutan di dalam tambak aktif  A.Mina Hutan A.1.  Pengertian Mina Hutan Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (UU No.41/1999 tentang Kehutanan Pasal 1 ayat 2). Model penghijauan tambak dengan istilah Sylvo-fishery, yaitu merupakan suatu model pengembangan tambak ramah lingkungan yang memadukan antara hutan/pohon (sylvo) dengan budidaya perikananan (fishery). Tambak sylvo-fishery dapat mengakomodasi tujuan rehabilitasi ekosistem pesisir secara luas dengan tidak mengurangi manfaat ekonomi tambak secara langsung. A.2.  Manfaat Mina Hutan (Silvofishery) Jika lahan petambakan di hijaukan maka akan berbagai manfaat lingkungan dan ekonomi akan dapat ditingkatkan, diantaranya : Konruksi pematang tambak (yang dimangun dari tanah yang liat berpasir) akan menjadi kuat karena akan terpegeng ol

PRAKTEK PENGELOLAAN AKUAKULTUR YANG BAIK

PRAKTEK PENGELOLAAN AKUAKULTUR YANG BAIK 1.Lokasi budidaya yang baik harus memperhatikan kondisi tanah yang ideal, jaminan suplai air yang baik dan sebaiknya lokasi  tambak  sesuai dengan rencana tata ruang dan ketentuan resmi serta sesuai menurut aspek lingkungan. 2.Desain dan bangun tambak sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kerusakan lingkungnan. 3.Praktek persiapan tambak. a.Keringkan tambak secara sempurna b.Keluarkan limbah organik dari dasar kolam. c.Keringkan bagian dasar kolam. d.Periksa pH tanah, jika asam lakukan pengapuran. e.Jika akan melakukan pemupukan, tunggulah seminggu setelah pengapuran dan ulangi pemeriksaan pH. f.Isilah tambak dengan air yang disaring dengan filter jaring. g.Pertahankan kedalaman 80 cm pada bagian kolam terdangkal. h.Jangan menggunakan pestisida. i.Stabilkan pertumbuhan plankton (warna air hijau/coklat). 4.Pemilihan benur dan padat tebar. a.Jagalah kedisiplinan kelompok pembudidaya. b.Pilihlah benur yang

KLASIFIKASI Acanthophora spicifera

Acanthophora Spicifera Kerajaan : Plantae    Filum / Divisi   : Rhodophyta       Kelas      : Rhodophyceae          Keluarga         : Rhodomelacedae             Genus            : Acanthophora Keterangan Species: Acanthophora spicifera adalah Rhodophycean alga dengan distribusi luas di seluruh daerah tropis dan subtropis (Kilar dan McLachlan, 1986). Hal ini terjadi pada berbagai macam substrat , dari bawah keras, sebagai epifit pada ganggang lainnya, atau sebagai alga yang hidup bebas melayang. Hal ini sering komponen besar biomassa alga melayang.        A. spicifera memiliki pegangan erat, besar berbentuk tidak teratur untuk dipasang pada dasar keras. Dari pegangan erat, daun tegak mulai berkembang. Cabang-cabang utama memiliki pendek, branchlets determinate yang berbentuk tidak teratur dan spinose. Branchlets adalah hook-seperti, rapuh dan fragmen dengan mudah di bawah aksi gelombang berat. Warna sangat bervariasi, dan dapat warna merah, ungu, atau cokl

KLASIFIKASI KEPITING JENIS (Parathelphusa Convex)

Kepiting (Parathelphusa Convex) Klasifikasi : Direct Parent : Parathelphusa. Kingdom : Metazoa. Phylum : Arthropoda.  Class : Malacostraca. Order : Decapoda.  Family : Parathelphusidae. Genus : Parathelphusa. Species : Parathelphusa convexa. Yuyu  atau Parathelphusa convexa adalah sejenis kepiting air tawar. Kata ini diambil dari bahasa Jawa. Ketam air tawar ini ada banyak jenisnya, dan kerap didapati di sungai-sungai, danau, dan persawahan; termasuk di parit-parit dan tanah bencah di sekitarnya. Dalam ilmu zoologi, jenis-jenis yuyu biasanya tergolong ke dalam suku Parathelphusidae atau Gecarcinucidae, superfamilia Gecarcinucoidea. Yuyu tidak jarang terlihat di luar air. Berbeda dengan kepiting laut yang sepasang kaki belakangnya berbentuk pipih, kaki yuyu semuanya memiliki ujung lancip. Tempurung punggung yuyu umumnya berwarna kecoklatan, kehitaman, hingga ungu gelap; kerap memiliki lekukan seperti bekas terinjak tapak kaki kuda. Tepi tempurungnya kadang-kadang a

PROSES SEDIMENTASI Secara Kimia dan Organik

Secara Kimia dan Organik Terbentuk oleh proses-proses kimia dan kegiatan organisme atau akumulasi dari sisa skeleton organisme. Sedimen kimia dan organik dapat terjadi pada kondisi darat, transisi, dan lautan, seperti halnya dengan sedimen mekanik. Masing-masing lingkungan sedimen dicirikan oleh paket tertentu fisik, kimia, dan biologis parameter yang beroperasi untuk menghasilkan tubuh tertentu sedimemen dicirikan oleh tekstur, struktur, dan komposisi properti. Kita mengacu kepada badan-badan khusus seperti endapan dari batuan sedimen sebagai bentuk. Istilah bentuk mengacu pada unit stratigrafik dibedakan oleh lithologic, struktural, dan karakteristik organik terdeteksi di lapangan. Sebuah bentuk sedimen dengan demikian unit batu itu, karena deposisi dalam lingkungan tertentu, memiliki pengaturan karakteristik properti. Lithofacies dibedakan oleh ciri-ciri fisik seperti warna, lithology, tekstur, dan struktur sedimen. Biogfacies didefinisikan pada karakteristik palentologic dasar

PROSES SEDIMENTASI SECARA MEKANIK

Sedimentologi adalah salah satu cabang dari ilmu geologi yang membahas secara khusus batuan sedimen atau mempelajari batuan sedimen/ endapan-endapan dengan segala prosesnya Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di suatu cekungan. Sedangkan batuan sedimen adalah suatu batuan yang terbentuk dari hasil proses sedimentasi, baik secara mekanik maupun secara kimia dan organik. SEDIMENTASI SECARA MEKANIK Terbentuk dari akumulasi mineral-mineral dan fragmen-fragmen batuan. Faktor-faktor yang penting antara lain :  · Sumber material batuan sedimen :  Sifat dan komposisi batuan sedimen sangat dipengaruhi oleh material-material asalnya. Komposisi mineral-mineral batuan sedimen dapat menentukan waktu dan jarak transportasi, tergantung dari prosentasi mineral-mineral stabil dan nonstabil. · Lingkungan pengandapan : Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan dalam tiga bagian yaitu: Lingkungan Pengendapan Darat